-->

5 Karakteristik Perkembangan Anak Usia Smp/Mts Sma/Ma

Karakteristik perkembangan anak usia sekolah menengah (SMP/ MTs SMA/ MA/ SMK). Pada usia sekolah menengah, anak berada pada masa remaja atau pubertas atau adolesen. Masa remaja merupakan masa peralihan atau transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa. Meskipun perkembangan aspek-aspek kepribadian telah diawali pada masa-masa sebelumnya, tetapi puncaknya boleh dikatakan terjadi pada masa ini, alasannya ialah sehabis melewati masa ini remaja telah bermetamorfosis seorang cukup umur yang boleh dikatakan telah terbentuk suatu pribadi yang relatif tetap. Pada masa transisi ini terjadi perubahan-perubahan yang sangat cepat.

Oleh lantaran itu sebagai pendidik, Anda perlu menghayati tahapan perkembangan yang terjadi pada siswa sehingga sanggup mengerti segala tingkah laris yang ditampakkan siswa. Misalnya, pada siswa usia sekolah menengah suasana hati yang semula riang bangga secara mendadak bermetamorfosis rasa sedih. Jika Anda sebagai pendidik tidak peka terhadap kondisi ibarat ini, bisa jadi Anda menawarkan respons yang sanggup menghambat perkembangan siswa Anda.

5 Karakteristik Perkembangan Anak Usia Sekolah Menengah

Setidaknya ada 5 karakteristik perkembangan anak usia menengah yang harus kita katahui, antara lain : karakteristik perkembangan fisik, perkembangan intelektual, fatwa sosial dan moralitas, perkembangan fatwa politik, dan perkembangan agama dan keyakinan. Berikut ini klarifikasi satu persatu perihal karakteristik perkembangan anak usia sekolah menengah.

Karakteristik Pertama : Perkembangan fisik/ jasmani
Salah satu segi perkembangan yang cukup pesat dan nampak dari luar ialah perkembangan fisik. Pada masa remaja, perkembangan fisik mereka sangat cepat dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa remaja awal (usia SLTP) bawah umur ini nampak postur tubuhnya tinggi-tinggi tetapi kurus. Lengan, kaki, dan leher mereka panjang -panjang, gres lalu berat tubuh mereka mengikuti dan pada simpulan masa remaja, proporsi tinggi dan berat tubuh mereka seimbang.

Selain terjadi pertambahan tinggi tubuh yang sangat cepat, pada masa remaja berlangsung perkembangan seksual yang cepat pula. Perkembangan ini ditandai dengan munculnya ciri-ciri kelamin primer dan sekunder. Ciri-ciri kelamin primer berkenaan dengan perkembangan alat-alat produksi, baik pada laki-laki maupun wanita. Ciri-ciri kelamin sekunder berkenaan dengan tumbuhnya bulu-bulu pada seluruh badan, perubahan bunyi menjadi semakin rendah besar(lebih-lebih pada pria), membesarnya b uah dada pada wanita, dan tumbuhnya jakun pada pria. Dengan perkembangan ciri-ciri kelamin sekunder ini, secara fisik remaja mulai menampakkan ciri-ciri orang dewasa.

Karakteristik Kedua : Perkembangan intelektual
Sejalan dengan perkembangan fisik yang cepat, berkembang pula intelektual berpikirnya. Kalau pada sekolah dasar kemampuan berpikir anak masih berkenaan dengan hal-hal yang kongkrit atau berpikir kongkrit, pada masa SLTP mulai berkembang kemampuan berpikir abstrak, remaja bisa membayangkan apa yang akan dialami kalau terjadi suatu insiden umpamanya perang nuklir, simpulan zaman dan sebagainya. Remaja telah bisa berpikir jauh melewati kehidupannya baik dalam dimensi ruang maupun waktu. Berpikir abnormal ialah berpikir perihal ide-ide, yang oleh Jean Piaget seorang psikologi dari Swis disebutnya sebagai berpikir formal operasional.

Berkembangnya kemampuan berpikir formal opersional pada remaja ditandai dengan tiga hal penting. Pertama, anak mulai bisa melihat (berpikir) perihal kemungkinan-kemungkinan. Kalau pada usia sekolah dasar anak hanya bisa melihat kenayataan, maka pada masa usia remaja mereka telah bisa berpikir perihal kemungkinan-kemungkinan. Kedua, bawah umur telah bisa berpikir ilmiah.Remaja telah bisa mengikuti langkah -langkah berpikir ilmiah, dan mulai merumuskan masalah, membatasi masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan dan mengolah data hingga dengan menarik kesimpulan-kesimpulan. Ketiga,remaja telah bisa memadukan ide-ide secara logis. Ide -ide atau fatwa abnormal yang kompleks telah bisa dipadukan dalam suatu kesimpulan yang logis.

Secara umum kemampuan berpikir formal mengarahkan remaja kepada pemecahan masalah-masalah berpikir secara sistematis.Dalam kehidupan sehari-hari para remaja begitu pula orang cukup umur jarang memakai kemampuan berpikir formal,walaupun mereka sebetulnya bisa melaksanakannya.Mereka lebih banyak berbuat menurut kebiasaan, perbuatan atau pemecahan rutin.Hal ini mungkin disebabkan karena, tidak adanya atau kurangnya tantangan yang dihadapi, atau mereka tidak melihat hal-hal yang dihadapi atau dialami sebagai tantangan, atau orang tua, masyarakat dan guru tidak membiasakan remaja menghadapi tantangan atau tuntutan yang harus dipecahkan.

Karakteristik Ketiga : Pemikiran Sosial dan Moralitas
Ketrampilan berpikir gres yang dimiliki remaja ialah fatwa sosial.Pemikiran sosial ini berkenaan dengan pengetahuan dan keyakinan mereka perihal masalah-masalah hubungan pribadi dan sosial. Remaja awal telah mempunyai pemikiran-pemikiran logis, tetapi dalam fatwa logis ini mereka sering kali menghadapi kebingungan antara fatwa orang lain. Menghadapi keadaan ini berkembang pada remaja sikap egosentrisme, yang berupa pemikiran-pemikiran subjektif logis dirinya perihal masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam masyarakat atau kehidupan pada umumnya.

Egosentrisme remaja seringkali muncul atau diperlihatkan dalam hubungan dengan orang lain, mereka tidak sanggup memisahkan perasaan beliau dan perasaan orang lain perihal dirinya. Remaja sering berpenampilan atau berperilaku mengikuti bayanagan atau sosok gangnya.Mereka sering menciptakan trik-trik atau cara-cara untuk memperlihatkan kehebatan, kepopuleran atau kelebihan dirinya kepada sesama remaja. Para remaja sering kali berbuat atau mempunyai ceritra atau dongeng pribadi, yang menggambarkan kehebatan dirinya. Cerita-cerita yang mereka baca atau dengar dicoba diterapkan atau dijadikan dongeng dirinya.

Pada masa remaja rasa kepedulian terhadap kepentingan dan kesejahteraan orang lain cukup besar, tetapi kepedulian ini masih dipengaruhi oleh sifat egosentrisme. Mereka belum bisa membedakan kebahagiaan atau kesenangan yang fundamental (hakiki) dengan yang sesaat, memperhatikan kepentingan orang secara umum atau orang-orang yang bersahabat dengan dia. Sebagian remaja sudah bisa menyadari bahwa membahagiakan orang lain itu perbuatan mulia tetapi itu hal yang sulit, mereka mencari keseimbangan antara membahagiakan orang lain dengan kebahagian dirinya. Pada masa remaja juga telah berkembang nilai sopan santun berkenaan dengan rasa bersalah, telah tumbuh pada mereka bukan saja rasa bersalah lantaran berbuat tidak baik, tetapi juga bersalah lantaran tidak berbuat baik.

Dalam perkembangan nilai sopan santun ini, masih nampak adanya kesenjangan. Remaja sudah mengetahui nilai atau prinsip-prinsip yang mendasar, tetapi mereka belum bisa melakukannya, mereka sudah menyadari bahwa membahagiakan orang lain itu ialah baik, tetapi mereka belum bisa melihat bagaimana merealisasikannya.

Karakteristik Keempat : Perkembangan fatwa politik
Perkembangan fatwa politik remaja hampir sama dengan perkembangan moral, lantaran memang keduanya berkaitan erat. Remaja telah mempunyai pemikiran-pemikiran politik yang lebih kompleks dari bawah umur sekolah dasar. Mereka telah memikirkan ide-ide dan pandangan politik yang lebih abstrak, dan telah melihat banyak hubungan antar hal-hal tersebut.Mereka sanggup melihat pembentukkan aturan dan peraturan-peraturan legal secara demokratis, dan melhat hal-hal tersebut sanggup diterapkan pada setiap orang di masyarakat, dan bukan pada kelompok-kelompok khusus.Pemikiran politik ini terperinci menggambarkan unsur-unsur kemampuan berpikir formal operasional dari Piaget dan pengembangan lebih tinggi dari bentuk fatwa sopan santun Kohlberg.

Remaja juga masih memperlihatkan adanya kesenjangan dan ketidakajegan dalam fatwa politiknya. Pemikiran politiknya tidak didasarkan atas prinsip “seluruhnya atau tidak sama sekali”, sebagai ciri kemampuan fatwa sopan santun tahap tinggi, tetapi lebih banyak didasari oleh pengetahuan-pengetahuan politik yang bersifat khusus. Meskipun demikian fatwa mereka sudah lebih abnormal dan kurang bersifat individual dibandingkan dengan usia anak sekolah
dasar.
Karakteristik perkembangan anak usia sekolah menengah  5 Karakteristik Perkembangan Anak Usia SMP/MTs SMA/MA

Karakteristik Kelima : Perkembangan agama dan keyakinan
Perkembangan kemampuan berpikir remaja mempengaruhi perkembangan fatwa dan keyakinan perihal agama. Kalau pada tahap usia sekolah dasar fatwa agama ini bersifat dogmatis , masih dipengaruhi oleh fatwa yang bersifat kongkrit dan berkenaan dengan sekitar kehidupannya, maka pada masa remaja sudah berkembang lebih jauh, didasari pemikiran-pemikiran rasional, menyangkut hal-hal yang bersifat abnormal atau mistik dan mencakup hal-hal yang lebih luas.

Remaja yang mendapat pendidikan agama yang intensif, bukan saja telah mempunyai kebiasaan melaksanakan acara peribadatan dan ritual agama, tetapi juga telah mendapat atau menemukan kepercayaan-kepercayaan khusus yang lebih mendalam yang membentuk keyakinannya dan menjadi pegangan dalam merespon terhadap masalah-masalah dalam kehidupannya. Keyakinan yang lebih luas dan mendalam ini, bukan hanya diyakini atas dasar fatwa tetapi juga atas keimanan. Pada masa remaja awal, citra Tuhan masih diwarnai oleh citra perihal ciri-ciri manusia, tetapi pada masa remaja simpulan citra ini telah berubah ke arah citra sifat-sifat Tuhan yang sesungguhnya.

0 Response to "5 Karakteristik Perkembangan Anak Usia Smp/Mts Sma/Ma"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel