Kerajaan-Kerajaan Islam Di Sulawesi
Kerajaan-kerajaan Islam di Sulawesi. Di kawasan Sulawesi juga tumbuh kerajaan-kerajaan bercorak Islam. Munculnya kerajaan-kerajaan Islam di Sulawesi tidak terlepas dari perdagangan yang berlangsung saat itu. Berikut ini yaitu beberapa kerajaan Islam di Sulawesi diantaranya Gowa Tallo, Bone, Wajo dan Sopeng, dan Kesultanan Buton. Dari sekian banyak kerajaan-kerajaan Islam di Sulawesi yang populer antara lain Kerajaan Gowa Tallo. Berikut ini merupakan sedikit catatan ihwal kerajaan Islam di Sulawesi yaitu kerajaan Gowa Tallo.
Baca Juga : Kerajaan Islam di Jawa
Di kawasan Sulawesi Selatan proses Islamisasi makin mantap dengan adanya para mubalig yang disebut Datto Tallu (Tiga Dato), yaitu Dato’ Ri Bandang (Abdul Makmur atau Khatib Tunggal) Dato’ Ri Pattimang (Dato’ Sulaemana atau Khatib Sulung), dan Dato’ Ri Tiro (Abdul Jawad alias Khatib Bungsu), ketiganya bersaudara dan berasal dari Kolo Tengah, Minangkabau. Para mubalig itulah yang mengislamkan Raja Luwu yaitu Datu’ La Patiware’ Daeng Parabung dengan gelar Sultan Muhammad pada 15-16 Ramadhan 1013 H (4-5 Februari 1605 M). Kemudian disusul oleh Raja Gowa dan Tallo yaitu Karaeng Matowaya dari Tallo yang berjulukan I Mallingkang Daeng Manyonri (Karaeng Tallo) mengucapkan syahadat pada Jumat sore, 9 Jumadil Awal 1014 H atau 22 September 1605 M dengan gelar Sultan Abdullah. Selanjutnya Karaeng Gowa I Manga’ rangi Daeng Manrabbia mengucapkan syahadat pada Jumat, 19 Rajab 1016 H atau 9 November 1607 M.
Perkembangan agama Islam di kawasan Sulawesi Selatan menerima tempat sebaik-baiknya bahkan anutan sufisme Khalwatiyah dari Syaikh Yusuf al-Makassari juga tersebar di Kerajaan Gowa dan kerajaan lainnya pada pertengahan era ke-17. Karena banyaknya tantangan dari kaum aristokrat Gowa maka ia meninggalkan Sulawesi Selatan dan pergi ke Banten. Di Banten ia terima oleh Sultan Ageng Tirtayasa bahkan dijadikan menantu dan diangkat sebagai mufti di Kesultanan Banten.
Dalam sejarah Kerajaan Gowa perlu dicatat ihwal sejarah usaha Sultan Hasanuddin dalam mempertahankan kedaulatannya terhadap upaya penjajahan politik dan ekonomi kompeni (VOC) Belanda. Semula VOC tidak menaruh perhatian terhadap Kerajaan Gowa Tallo yang telah mengalami kemajuan dalam bidang perdagangan. Setelah kapal Portugis yang dirampas oleh VOC pada masa Gubernur Jendral J. P. Coen di erat perairan Malaka ternyata di kapal tersebut ada orang Makassar. Dari orang Makassar itulah ia menerima isu ihwal pentingnya pelabuhan Sombaopu sebagai pelabuhan transit terutama untuk mendatangkan rempah-rempah dari Maluku. Pada 1634 VOC memblokir Kerajaan Gowa tetapi tidak berhasil. Peristiwa peperangan dari waktu ke waktu berjalan terus dan gres berhenti antara 1637-1638. Tetapi perjanjian hening itu tidak awet alasannya yaitu pada 1638 terjadi perampokan kapal orang Bugis yang bermuatan kayu cendana, dan muatannya tersebut telah dijual kepada orang Portugis. Perang di Sulawesi Selatan ini berhenti sehabis terjadi perjanjian Bongaya pada 1667 yang sangat merugikan pihak Gowa Tallo.
Baca Juga : Kerajaan Islam di Papua
Demikian artikel kami yang membahas ihwal kerajaan-kerajaan Islam di pulau Sulawesi. Makara sanggup disimpulkan ada aneka macam kerajaan Islam yang ada di Sulawesi. Adapun kerajaan Islam di Sulawesi yang populer yaitu kerajaan Gowa Tallo. Semoga artikel kami ihwal kerajaan kerajaan Islam di pulau Sulawesi terutama kerajaan Gowa dan Tallo bermanfaat.
Baca Juga : Kerajaan Islam di Jawa
Kerajaan Gowa Tallo
Kerajaan Gowa Tallo. Kerajaan Gowa dan Talo merupakan salah satu kerajaan Islam yang populer di Sulawesi. Kerajaan Gowa Tallo sebelum menjadi kerajaan Islam sering berperang dengan kerajaan lainnya di Sulawesi Selatan, ibarat dengan Luwu, Bone, Soppeng, dan Wajo. Kerajaan Luwu yang bersekutu dengan Wajo ditaklukan oleh Kerajaan Gowa Tallo. Kemudian Kerajaan Wajo menjadi kawasan taklukan Gowa berdasarkan Hikayat Wajo. Dalam serangan terhadap Kerajaan Gowa Tallo Karaeng Gowa meninggal dan seorang lagi terbunuh sekitar pada 1565. Ketiga kerajaan Bone, Wajo, dan Soppeng mengadakan persatuan untuk mempertahankan kemerdekaannya yang disebut perjanjian Tellumpocco, sekitar 1582. Sejak Kerajaan Gowa resmi sebagai kerajaan bercorak Islam pada 1605, maka Gowa meluaskan imbas politiknya, biar kerajaan-kerajaan lainnya juga memeluk Islam dan tunduk kepada Kerajaan Gowa Tallo. Kerajaan-kerajaan yang unduk kepada kerajaan Gowa Tallo antara lain Wajo pada 10 Mei 1610, dan Bone pada 23 Nopember 1611.Baca Juga
Di kawasan Sulawesi Selatan proses Islamisasi makin mantap dengan adanya para mubalig yang disebut Datto Tallu (Tiga Dato), yaitu Dato’ Ri Bandang (Abdul Makmur atau Khatib Tunggal) Dato’ Ri Pattimang (Dato’ Sulaemana atau Khatib Sulung), dan Dato’ Ri Tiro (Abdul Jawad alias Khatib Bungsu), ketiganya bersaudara dan berasal dari Kolo Tengah, Minangkabau. Para mubalig itulah yang mengislamkan Raja Luwu yaitu Datu’ La Patiware’ Daeng Parabung dengan gelar Sultan Muhammad pada 15-16 Ramadhan 1013 H (4-5 Februari 1605 M). Kemudian disusul oleh Raja Gowa dan Tallo yaitu Karaeng Matowaya dari Tallo yang berjulukan I Mallingkang Daeng Manyonri (Karaeng Tallo) mengucapkan syahadat pada Jumat sore, 9 Jumadil Awal 1014 H atau 22 September 1605 M dengan gelar Sultan Abdullah. Selanjutnya Karaeng Gowa I Manga’ rangi Daeng Manrabbia mengucapkan syahadat pada Jumat, 19 Rajab 1016 H atau 9 November 1607 M.
Perkembangan agama Islam di kawasan Sulawesi Selatan menerima tempat sebaik-baiknya bahkan anutan sufisme Khalwatiyah dari Syaikh Yusuf al-Makassari juga tersebar di Kerajaan Gowa dan kerajaan lainnya pada pertengahan era ke-17. Karena banyaknya tantangan dari kaum aristokrat Gowa maka ia meninggalkan Sulawesi Selatan dan pergi ke Banten. Di Banten ia terima oleh Sultan Ageng Tirtayasa bahkan dijadikan menantu dan diangkat sebagai mufti di Kesultanan Banten.
Dalam sejarah Kerajaan Gowa perlu dicatat ihwal sejarah usaha Sultan Hasanuddin dalam mempertahankan kedaulatannya terhadap upaya penjajahan politik dan ekonomi kompeni (VOC) Belanda. Semula VOC tidak menaruh perhatian terhadap Kerajaan Gowa Tallo yang telah mengalami kemajuan dalam bidang perdagangan. Setelah kapal Portugis yang dirampas oleh VOC pada masa Gubernur Jendral J. P. Coen di erat perairan Malaka ternyata di kapal tersebut ada orang Makassar. Dari orang Makassar itulah ia menerima isu ihwal pentingnya pelabuhan Sombaopu sebagai pelabuhan transit terutama untuk mendatangkan rempah-rempah dari Maluku. Pada 1634 VOC memblokir Kerajaan Gowa tetapi tidak berhasil. Peristiwa peperangan dari waktu ke waktu berjalan terus dan gres berhenti antara 1637-1638. Tetapi perjanjian hening itu tidak awet alasannya yaitu pada 1638 terjadi perampokan kapal orang Bugis yang bermuatan kayu cendana, dan muatannya tersebut telah dijual kepada orang Portugis. Perang di Sulawesi Selatan ini berhenti sehabis terjadi perjanjian Bongaya pada 1667 yang sangat merugikan pihak Gowa Tallo.
Baca Juga : Kerajaan Islam di Papua
Demikian artikel kami yang membahas ihwal kerajaan-kerajaan Islam di pulau Sulawesi. Makara sanggup disimpulkan ada aneka macam kerajaan Islam yang ada di Sulawesi. Adapun kerajaan Islam di Sulawesi yang populer yaitu kerajaan Gowa Tallo. Semoga artikel kami ihwal kerajaan kerajaan Islam di pulau Sulawesi terutama kerajaan Gowa dan Tallo bermanfaat.
0 Response to "Kerajaan-Kerajaan Islam Di Sulawesi"
Post a Comment