Contoh Imbas Negatif Tayangan Televisi Sebagai Dampak Negatif Globalisasi

Haikasut - Contoh Pengaruh Negatif Tayangan Televisi sebagai Dampak Negatif Globalisasi - Anak SD Korban Tayangan Smack Down Kulon Progo - Tayangan olahraga “tinju” bebas ala Amerika yang dikenal dengan smack down “memakan” korban. Seorang bocah SD di Wates harus dirawat di rumah sakit alasannya menjadi korban tayangan kekerasan di televisi dan play station. Hal ini menjadi peringatan bagi orang bau tanah maupun para pendidik.

Maryunani, bocah berusia 9 tahun, siswa kelas 3 SD Wates 4 itu tergeletak lemas di salah satu ruangan RSUD Wates didampingi oleh ibunya. Selang infus masih terpasang di badan kecil siswa tersebut. Ibu dari bocah tersebut yang tinggal di Gadingan, Wates, Kulon Progo itu menceritakan kisah murung yang menimpa anaknya. Peristiwa naas itu terjadi pada hari Rabu (22/11). Di waktu istirahat usai jam pelajaran olahraga, sejumlah anak pria di SD Wates itu menyiapkan arena tanding. Mereka menggandakan permainan smack down, gulat bebas ala Amerika yang sering mereka lihat di televisi maupun play station (PS). Ruangan di depan kelas yang tidak begitu lebar pun dijadikan ajang untuk permainan.

Saat itu, pertandingan dibagi dalam dua kelompok antara tim Maryunani dengan tim Dodi. Rekan-rekan korban yang lain ditunjuk sebagai Master of Ceremony (MC). Vito salah satu rekan korban yang bertindak sebagai wasit ditunjuk untuk memimpin pertandingan.

Adu kekuatan fisik pun dimulai. Upaya untuk saling menjatuhkan dan memukul saling diperlihatkan. Bahkan, sesekali tendangan sempat mendarat di badan kecil siswa-siswa SD tersebut. Namun, entah alasannya tendangan atau pukulan, korban jatuh terlentang dengan kepala bab belakang terlebih dahulu menyentuh lantai. Akibatnya, kepala pribadi mendarat mengenai lantai. Sesaat memang tidak terasa, namun beberapa detik korban mencicipi sakit dan pusing tidak karuan.

’’Saat bertanding melawan Dodi saya jatuh ke belakang dan pusing. Kemudian oleh Pak Guru saya diantarkan ke rumah sakit.” jelas bocah yang mengidolakan tokoh John Sena dalam tayangan smack down itu. Semenjak berada di rumah sakit, rasa pusing semakin dirasakan oleh Maryunani. Bahkan, tidak jarang dirinya menjadi sering muntah akhir pusing yang dirasakannya. Di badan korban, dikala ini masih menancasp jarum infus. Adapun untuk membantu pernapasan, korban dibantu dengan oksigen.

Kecintaan Maryunani terhadap tontonan yang mestinya untuk konsumsi pintar balig cukup akal ini diakui oleh ibunya, Marsiyati. Bahkan, setiap malam ahad anaknya selalu begadang sampai larut malam untuk melihat tayangan yang penuh kekerasan ini. Tidak jarang anak kedua dari dua bersaudara ini sering minta izin untuk bermain PS dengan game smack down.

“Sebenarnya saya sudah mengingatkan untuk tidak meniru, namun namanya juga bawah umur susah diatur,” jelas ibu korban. Sementara itu, Kepala Sekolah Siti Hibanah yang dihubungi wartawan mengakui bawah umur didiknya sering bermain ala smack down itu. Sebelum kejadian naas yang memakan korban tersebut, pihak sekolah membenarkan permainan yang digelar di lingkungan sekolahnya. Namun, sejak kejadian itu, dirinya telah menghubungi orang bau tanah wali siswa biar lebih berhati-hati dengan tayangan di televisi dan PS.

Siti Hibanah berharap orang bau tanah dan wali murid sanggup melaksanakan tindakan preventif untuk lebih mengarahkan pada bacaan dan olahraga yang mendidik. Pemahaman terhadap tayangan televisi sepertinya harus diberikan terhadap orang bau tanah maupun anak-anak. Anak-anak tidak paham bahwa adegan smack down itu hanyalah adegan rekaan yang tidak sungguh-sungguh. Para pemain tidak berbaku hantam secara sungguh-sungguh.

Sumber: Radar Jogja, 25 November 2006 dengan perubahan seperlunya

Share this post