Pola Interaksi Sosial Yang Membentuk Keteraturan Sosial
Pola interaksi sosial yang membentuk keteraturan sosial. Setiap individu melaksanakan kekerabatan sosial dengan individu lain. Hubungan tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan hidup baik jasmani maupun rohani. Dalam bekerjasama sosial, tindakan individu diatur oleh aturan-aturan sosial yang dinamakan nilai dan norma. Jika tindakan individu dalam berinteraksi sesuai dengan nilai dan norma maka akan terbentuk keteraturan sosial.
Adanya keteraturan sosial dalam masyarakat memungkinkan individu mencapai kebutuhannya dengan masuk akal tanpa merugikan pihak lain. Misalnya, menjaga kebersihan, membayar pajak melaksanakan hak dan kewajibannya, menjaga keutuhan dan lain-lain. Dengan kata lain, interaksi yang sesuai nilai dan norma membentuk keteraturan sosial. Secara umum terdapat tiga bentuk atau teladan interaksi yang bisa membentuk keteraturan sosial antara lain:
a. Kerja Sama (cooperation)
Tidak sanggup dimungkiri bahwa sebagian besar bentuk interaksi yaitu kerja sama. Kerja sama terbentuk alasannya orang-orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan kemudian bersepakat untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Melalui kolaborasi inilah keteraturan sosial terbentuk dengan mudah. Sehubungan dengan pelaksanaannya, terdapat empat bentuk kerja sama, yaitu:
1) Bergaining (tawar-menawar) yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih.
2) Cooptation (kooptasi) yaitu proses penerimaan. Unsur-unsur gres oleh pemimpin atau organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya keguncangan dalam organisasi.
3) Condution (kondisi) yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih dengan tujuan yang sama. Awalnya sanggup menjadikan keadaan yang tidak stabil, dikarenakan perbedaan struktur. Namun, tujuan utamanya untuk mencapai tujuan bersama, sehingga terbentuklah kerja sama.
4) Joint-Venture (usaha patungan) yaitu kolaborasi dalam pengusaha proyek-proyek tertentu.
b. Akomodasi (Accomodation)
Sebagai individu yang mendambakan suatu kedamaian dalam bentuk keteraturan masyarakat, sering kali kita berusaha menyamakan kepentingan kita dengan orang lain. Walaupun terkadang kepentingan tersebut jauh dari apa yang kita inginkan. Pengorbanan ini dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi ketegangan yang terjadi jawaban perbedaan. Proses ini dalam sosiologi dinamakan sebagai bentuk akomodasi. Dengan kata lain, kemudahan merupakan suatu proses pembiasaan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok guna mengurangi, mencegah, atau mengatasi ketegangan dan kekacauan.
Menurut Kimball Young yang dikutip oleh Soerjono Soekanto (1987), kata kemudahan mempunyai dua pengertian. Pertama, kemudahan menunjuk pada suatu keadaan. Artinya, suatu kenyataan adanya keseimbangan dalam berinteraksi yang dilandasi dengan nilai dan norma yang ada. Kedua, kemudahan sebagai proses.
Sebagai proses, kemudahan mengarah pada usaha-usaha insan untuk meredakan suatu kontradiksi dalam rangka mencapai keseimbangan. Dalam kehidupan sehari- hari kemudahan sanggup pula diartikan sebagai suatu proses kesepakatan antara kedua belah pihak yang tengah bersengketa yang bersifat darurat (sementara) dengan tujuan mengurangi ketegangan. Berdasarkan tujuan itulah, proses akomodasi, dibedakan menjadi beberapa bentuk antara lain pemaksaan (coersion), kompromi (compromise), penggunaan jasa mediator (mediation), penggunaan jasa penengah (arbitrase), peradilan (adjudication), toleransi, dan stalemate.
c. Asimilasi (Assimilation)
Pernahkah kau melihat pertunjukan barongsai? Biasanya pertunjukan barongsai sering digelar pada perayaan tahun gres Cina. Pertunjukan barongsai merupakan salah satu hasil asimilasi di Indonesia. Dengan kata lain, proses asimilasi menunjuk pada pembauran dua kebudayaan yang berbeda. Selain barongsai, perkawinan campur antar dua warga negara yang berbeda pun tergolong asimilasi.
Lantas, apa itu proses asimilasi? Pada umumnya proses asimilasi menunjuk suatu proses yang ditandai adanya perjuangan mengurangi perbedaan yang terdapat di antara beberapa orang atau kelompok serta perjuangan menyamakan sikap, mental, dan tindakan demi tercapainya tujuan bersama. Oleh karenanya, proses ini termasuk dalam proses asosiatif. Di mana masing-masing pihak saling memerlukan dengan tujuan membentuk kehidupan gres yang saling menguntungkan serta membentuk corak kehidupan yang berbeda.
Menurut Prof. Koentjaraningrat terdapat beberapa syarat terjadinya asimilasi. Syarat-syarat tersebut antara lain:
1) Adanya kelompok-kelompok insan yang berbeda kebudayaan.
2) Adanya interaksi yang pribadi dan intensif untuk waktu yang usang dalam kelompok tersebut.
3) Sebagai balasannya maka kebudayaan dari masing-masing kelompok berubah dan saling menyesuaikan.
Demikian artikel kami wacana teladan interaksi sosial yang membentuk keteraturan sosial. Semoga gosip yang kami sajikan wacana teladan interaksi sosial yang membentuk keteraturan sosial bermanfaat.
Adanya keteraturan sosial dalam masyarakat memungkinkan individu mencapai kebutuhannya dengan masuk akal tanpa merugikan pihak lain. Misalnya, menjaga kebersihan, membayar pajak melaksanakan hak dan kewajibannya, menjaga keutuhan dan lain-lain. Dengan kata lain, interaksi yang sesuai nilai dan norma membentuk keteraturan sosial. Secara umum terdapat tiga bentuk atau teladan interaksi yang bisa membentuk keteraturan sosial antara lain:
Pola Interaksi Sosial yang Membentuk Keteraturan Sosial
a. Kerja Sama (cooperation)Tidak sanggup dimungkiri bahwa sebagian besar bentuk interaksi yaitu kerja sama. Kerja sama terbentuk alasannya orang-orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan kemudian bersepakat untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Melalui kolaborasi inilah keteraturan sosial terbentuk dengan mudah. Sehubungan dengan pelaksanaannya, terdapat empat bentuk kerja sama, yaitu:
1) Bergaining (tawar-menawar) yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih.
2) Cooptation (kooptasi) yaitu proses penerimaan. Unsur-unsur gres oleh pemimpin atau organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya keguncangan dalam organisasi.
3) Condution (kondisi) yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih dengan tujuan yang sama. Awalnya sanggup menjadikan keadaan yang tidak stabil, dikarenakan perbedaan struktur. Namun, tujuan utamanya untuk mencapai tujuan bersama, sehingga terbentuklah kerja sama.
4) Joint-Venture (usaha patungan) yaitu kolaborasi dalam pengusaha proyek-proyek tertentu.
b. Akomodasi (Accomodation)
Sebagai individu yang mendambakan suatu kedamaian dalam bentuk keteraturan masyarakat, sering kali kita berusaha menyamakan kepentingan kita dengan orang lain. Walaupun terkadang kepentingan tersebut jauh dari apa yang kita inginkan. Pengorbanan ini dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi ketegangan yang terjadi jawaban perbedaan. Proses ini dalam sosiologi dinamakan sebagai bentuk akomodasi. Dengan kata lain, kemudahan merupakan suatu proses pembiasaan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok guna mengurangi, mencegah, atau mengatasi ketegangan dan kekacauan.
Menurut Kimball Young yang dikutip oleh Soerjono Soekanto (1987), kata kemudahan mempunyai dua pengertian. Pertama, kemudahan menunjuk pada suatu keadaan. Artinya, suatu kenyataan adanya keseimbangan dalam berinteraksi yang dilandasi dengan nilai dan norma yang ada. Kedua, kemudahan sebagai proses.
Sebagai proses, kemudahan mengarah pada usaha-usaha insan untuk meredakan suatu kontradiksi dalam rangka mencapai keseimbangan. Dalam kehidupan sehari- hari kemudahan sanggup pula diartikan sebagai suatu proses kesepakatan antara kedua belah pihak yang tengah bersengketa yang bersifat darurat (sementara) dengan tujuan mengurangi ketegangan. Berdasarkan tujuan itulah, proses akomodasi, dibedakan menjadi beberapa bentuk antara lain pemaksaan (coersion), kompromi (compromise), penggunaan jasa mediator (mediation), penggunaan jasa penengah (arbitrase), peradilan (adjudication), toleransi, dan stalemate.
c. Asimilasi (Assimilation)
Pernahkah kau melihat pertunjukan barongsai? Biasanya pertunjukan barongsai sering digelar pada perayaan tahun gres Cina. Pertunjukan barongsai merupakan salah satu hasil asimilasi di Indonesia. Dengan kata lain, proses asimilasi menunjuk pada pembauran dua kebudayaan yang berbeda. Selain barongsai, perkawinan campur antar dua warga negara yang berbeda pun tergolong asimilasi.
Lantas, apa itu proses asimilasi? Pada umumnya proses asimilasi menunjuk suatu proses yang ditandai adanya perjuangan mengurangi perbedaan yang terdapat di antara beberapa orang atau kelompok serta perjuangan menyamakan sikap, mental, dan tindakan demi tercapainya tujuan bersama. Oleh karenanya, proses ini termasuk dalam proses asosiatif. Di mana masing-masing pihak saling memerlukan dengan tujuan membentuk kehidupan gres yang saling menguntungkan serta membentuk corak kehidupan yang berbeda.
Menurut Prof. Koentjaraningrat terdapat beberapa syarat terjadinya asimilasi. Syarat-syarat tersebut antara lain:
1) Adanya kelompok-kelompok insan yang berbeda kebudayaan.
2) Adanya interaksi yang pribadi dan intensif untuk waktu yang usang dalam kelompok tersebut.
3) Sebagai balasannya maka kebudayaan dari masing-masing kelompok berubah dan saling menyesuaikan.
Demikian artikel kami wacana teladan interaksi sosial yang membentuk keteraturan sosial. Semoga gosip yang kami sajikan wacana teladan interaksi sosial yang membentuk keteraturan sosial bermanfaat.
0 Response to "Pola Interaksi Sosial Yang Membentuk Keteraturan Sosial"
Post a Comment