-->

Sosialisasi Dalam Pembentukan Kepribadian

Sosialisasi dalam Pembentukan Kepribadian - Dalam arti sempit, proses sosialisasi diartikan sebagai proses pembelajaran seseorang mengenal lingkungan sekitarnya baik itu lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Pengenalan ini dilakukan individu untuk mengikuti keadaan dengan lingkungan sekitar yang akan membekali dirinya dalam pergaulan yang lebih luas. Sedangkan dalam arti luas, proses sosialisasi diartikan sebagai proses interaksi dan pembelajaran seseorang mulai dari lahir sampai meninggalnya dalam suatu kebudayaan masyarakat. 

Keberhasilan seseorang dalam proses sosialisasi terlihat ketika seseorang tersebut bisa mengikuti keadaan dengan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, sosialisasi yaitu suatu proses di mana individu mulai mendapatkan dan mengikuti keadaan dengan unsur-unsur kebudayaan (adat istiadat, perilaku, bahasa, dan kebiasaan-kebiasaan) masyarakat, yang dimulai dari lingkungan keluarganya dan kemudian meluas pada masyarakat luas, lambat laun dengan keberhasilan penerimaan atau pembiasaan tersebut, maka

A. Proses Terjadinya Sosialisasi
Sosialisasi sanggup terjadi secara pribadi bertatap muka dalam pergaulan sehari-hari, sanggup juga terjadi secara tidak pribadi melalui telepon, surat atau melalui media massa. Sosialisasi sanggup berjalan lancar kalau seseorang tersebut sadar mensosialisasi kebudayaan suatu masyarakat. Namun, sosialisasi sanggup pula terjadi secara paksa, kejam, dan berangasan alasannya adanya kepentingan tertentu. Misalnya, segolongan atau sekelompok tertentu memaksakan kehendaknya terhadap individu lain.

B. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Proses Sosialisasi
Menurut F.G. Robins, terdapat lima faktor yang memengaruhi perkembangan kepribadian insan sebagai hasil sosialisasi. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Sifat dasar,
Sifat dasar merupakan keseluruhan potensi yang diwarisi seseorang dari ayah dan ibunya. Sifat dasar ini berupa karakter, tabiat serta sifat emosional.
2. Lingkungan prenatal,
Lingkungan prenatal, merupakan lingkungan dalam kandungan ibu. Pada periode prenatal ini individu mendapatkan pengaruh-pengaruh tidak pribadi dari ibu.
3. Perbedaan perorangan,
Sejak dikala anak dilahirkan oleh ibunya, anak tumbuh dan berkembang sebagai individu yang unik dan berbeda dengan individu lainnya. Dia bersikap selektif terhadap efek dari lingkungan. Perbedaan perorangan ini mencakup perbedaan-perbedaan ciri-ciri fisik menyerupai warna kulit, warna mata, rambut, dan bentuk badan, serta ciriciri personal dan sosial.
4. Lingkungan
Lingkungan di sekitarnya, yaitu kondisi-kondisi di sekeliling individu yang mensugesti proses sosialisasinya. Lingkungan itu sanggup dibedakan menjadi 3 yaitu : lingkungan alam, lingkungan kebudayaan, 
dan lingkungan insan lain 
5. Motivasi.
Motivasi yaitu kekuatan-kekuatan dari dalam individu yang menggerakkan individu untuk berbuat.

C. Media Sosialisasi
Sebagai suatu proses, sosialisasi berlangsung begitu saja,namun terjadinya proses sosialisasi melalui suatu perantara. Denganadanya perantara-perantara ini, menyebabkan proses sosialisasi berjalan lancar. Perantara sosialisasi inilah yang dikenal sebagai media sosialisasi. Adapun media-media sosialisasi tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Keluarga 
Keluarga merupakan daerah pertama dan utama seorang anak berguru hidup sosial. Hal ini dikarenakan, anak mulai bergaul untuk pertama dalam lingkungan keluarganya sendiri dan mengenal lingkungan sekitarnya dimulai dari lingkungan keluarga sendiri. 

2. Sekolah 
Sebagai distributor sosialisasi, sekolah membentuk pola pikir dan sikap secara luas. Individu akan diberi kemampuan berpikir, bekal ilmu pengetahuan, dan kemampuan untuk hidup dalam suasana sosial yang lebih luas.

3. Lingkungan pekerjaan
Proses sosialisasi sanggup pula berlangsung pada lingkungan kerja dari masing-masing individu misalnya: di lingkungan ABRI, pedagang, pengusaha, nelayan, buruh, dan lain-lain.

4. Teman sepermainan 
Mempersamakan diri sendiridengan teman sepermainan merupakan salah satu prosedur penting di dalam perkembangan tingkah laku. Mereka saling memalsukan dan selalu berguru dari segala apa yang dilihatnya dari teman sepermainannyayang umumnya berusia sebaya. 

5. Media massa
Media massa sanggup pula mengubah perilakumasyarakat. Iklan-iklan yang ditayangkan media cetak dan elektronik memiliki potensi untuk mengubah pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat.

D. Macam-macam sosialisasi
1. Sosialisasi primer, yaitu sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan berguru menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung dikala anak berusia 1-5 tahun. Secara bertahap ia mulai bisa membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya. Dalam tahap ini, kiprah orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting alasannya tabiat dan/atau kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.

2. Sosialisasi sekunder, yaitu Sosialisasi sekunder yaitu prosessosialisasi berikutnya yang memperkenalkan kepada individu tersebut sektor-sektor gres dunia objektif masyarakat. Sosialisasi sekunder mengajarkan nilai-nilai gres di luar lingkungan keluarga menyerupai di lingkungan sekolah, lingkungan bermain, dan lingkungan kerja.

Salah satu bentuk sosialisasi sekunder yang sering dijumpai dalam masyarakat yaitu proses resosialisasi atau sering disebut pengulangan kembali proses sosialisasi (dengan cara dididik untuk mendapatkan banyak sekali hukum dan nilai gres supaya diterima kembali di masyarakat. Contoh: rumah tahanan, rumah sakit jiwa, dan forum pendidikan militer. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu kepribadian baru. Ia di didik untuk mendapatkan hukum dan nilai baru.
Resosialisasi dilakukan alasannya adanya insiden desosialisasi (sosialisasi yang gagal) contohnya dicabutnya status dan kiprah seseorang.

E. Tahap-tahap dalam sosialisasi
1. Tahap Persiapan (Preparatory Stage)
Pada tahap ini, seorang insan yang lahir di dunia yang menjadi anak dari orang bau tanah mereka dilatih untuk mengenal keadaan yang terdapat di dunia. Pada tahap ini pula, seorang anak sudah mulai mencoba memalsukan kiprah orang cukup umur atau kiprah yang dijalankan oleh orang tuanya meskipun belum sempurna.

2. Tahap Meniru (Play Stage)
Dalam tahap memalsukan ini, seorang anak mulai melihat kiprah yang dijalankan oleh orang tuanya dan kemudian, ia memalsukan kiprah tersebut tetapi ia belum mengetahui maksud dan tujuannya. Mengapa ia memalsukan kiprah tersebut. Sebagai pola seorang anak pria memalsukan kiprah yang dijalankan oleh Bapaknya yaitu menyetir mobil.

3. Tahap Siap Bertindak (Game Stage)
Tahap ini menjelaskan bahwa seorang anak yang memalsukan kiprah orang tuanya sudah mulai mengerti bertahap maksud, makna, serta tujuannya. Serta, ia sudah mulai mengurangi bertahap kiprah tersebut. Kemudian, seorang anak tersebut mulai bertindak pelan-pelan untuk siap menggantikan kiprah yang dijalankan oleh orang tuanya, dan dimainkan dengan penuh kesadaran.

4. Tahap Kedewasaan atau Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Stage)
Dalam tahap ini, seorang anak mulai tumbuh cukup umur dan telah bisa memalsukan peran-peran tersebut dan menjalankannya dengan penuh kesadaran yang luas. Serta, bisa mengenal lebih luas kedudukan masyarakat setempat.

Sosialisasi dalam Pembentukan Kepribadian Sosialisasi dalam Pembentukan Kepribadian

F. Pola-pola sosialisasi
Sosialisasi sanggup dilakukan dalam dua bentuk, yaitu :
1. Sosialisasi represif, yaitu sosialisasi yang mengutamakan adanya ketaatan anak kepada orang tua. Dalam bentuk ini, lebih menekankan adanya kepatihan anak kepada orang bau tanah sehingga komunikasi bersidat satu arah
2. Sosialisasi partisipasif, yaitu bentuk sosialisasi yang mengutamakan partisipasi anak. Dalam bentuk ini, lebih menekankan adanya interaksi anak yang menjadi sentra sosialisasi dan kebutuhannya.

G. Tujuan Sosialisasi
1. Memberikan keterampilan dan pengetahuan kepada seseorang untuk sanggup hidup bermasyarakat.
2. Mengembangkan kemampuan seseorang untuk sanggup berkomunikasi secara efektif dan efisien.
3. Membuat seseorang bisa mengembalikan fungsi-fungsi melalui latihan introspeksi yang tepat.
4. Menanamkan nilai-nilai dan dogma kepada seseorang yang memiliki kiprah pokok dalam masyarakat.

0 Response to "Sosialisasi Dalam Pembentukan Kepribadian"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel